“Awalnya cuma iseng nyobain punya temen. Rasanya enak, kayak buah. Lama-lama nggak bisa sehari tanpa nge-vape,” ujar Raka (19), mahasiswa di Jakarta Timur yang mulai menggunakan rokok elektrik sejak SMA. Ia tahu vape mengandung nikotin, tapi mengira itu “cuma dikit dan nggak separah rokok biasa.”

Nyatanya, berdasarkan uji laboratorium yang dilakukan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) pada 2023, banyak pod vape di Indonesia mengandung kadar nikotin setara — bahkan lebih tinggi — dibandingkan rokok konvensional. Rasa manis stroberi atau bubblegum hanya menjadi “permen pembungkus racun” yang lebih berbahaya dari yang dibayangkan remaja seperti Raka.

🟦 Apa Itu Nikotin?

Nikotin adalah senyawa alkaloid yang secara alami terdapat dalam daun tembakau (Nicotiana tabacum). Senyawa ini bersifat stimulan, namun juga sangat adiktif. Dalam hitungan detik setelah dihirup melalui paru-paru, nikotin langsung memasuki otak dan memicu pelepasan neurotransmiter dopamin, serotonin, hingga adrenalin — yang memberikan rasa “relaks” sekaligus ketagihan.

“Ini seperti melemparkan api kecil ke sirkuit otak. Nikotin memengaruhi sistem penghargaan otak, menciptakan ketergantungan yang cepat,” tulis laporan CDC (Centers for Disease Control and Prevention), Amerika Serikat.

🟦 Vape: Wajah Baru Nikotin

Rokok elektrik, atau vape, diklaim sebagai alternatif “lebih aman” dari rokok konvensional. Namun dalam banyak kasus, perangkat ini hanya menjadi kendaraan baru untuk mengantarkan nikotin dalam bentuk uap — tanpa menghilangkan sifat adiktif dan risikonya.

Menurut riset Johns Hopkins Medicine (2022), kandungan nikotin dalam satu pod vape JUUL bisa mencapai 59 mg/ml — setara dengan 1 hingga 2 bungkus rokok. Efeknya? Sama adiktifnya, jika tidak lebih.

Sebuah studi dari Indonesian Center for Tobacco Control (ICTC) tahun 2021 menemukan bahwa 84% vape yang dijual di e-commerce lokal tidak mencantumkan informasi kadar nikotin secara jelas, bahkan cenderung menyesatkan.

🟦 Efek Nikotin terhadap Otak Remaja

Nikotin sangat berbahaya bagi otak yang masih berkembang — yaitu pada remaja dan dewasa muda di bawah usia 25 tahun.

Paparan nikotin berulang dapat mengubah struktur dan fungsi area prefrontal cortex — bagian otak yang mengatur pengambilan keputusan, kontrol emosi, dan perilaku impulsif.

“Remaja yang mulai mengonsumsi nikotin dari vape menunjukkan penurunan daya ingat jangka pendek dan peningkatan gejala depresi dan gangguan kecemasan,” kata Prof. Aryani Putri dari Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, dalam webinar Kemenkes RI, 2023.

🟦 Tidak Hanya Otak: Efek Sistemik Nikotin

Nikotin mempercepat detak jantung, menyempitkan pembuluh darah, dan meningkatkan tekanan darah. Hal ini menjadikan pengguna vape juga berisiko tinggi mengalami penyakit jantung dan pembuluh darah.

Efek lain dari nikotin:

  • Menurunkan kesuburan pria (mengurangi motilitas sperma)
  • Meningkatkan risiko keguguran dan kelainan janin
  • Mempengaruhi metabolisme dan hormon

WHO pada 2021 menyatakan tidak ada level nikotin yang aman, khususnya bagi anak-anak dan ibu hamil.

🟦 Negara-negara Mulai Bertindak

Thailand dan Singapura telah melarang total penjualan dan kepemilikan vape. Di Australia, hanya resep dokter yang memperbolehkan penggunaan vape nikotin untuk terapi berhenti merokok.

Sementara itu di Indonesia, UU Kesehatan No. 17 Tahun 2023 baru sebatas menyatakan vape sebagai bagian dari produk zat adiktif. Namun, regulasi spesifik soal kadar nikotin, pelabelan, dan iklan masih minim. Kementerian Kesehatan dan BPOM saat ini tengah menyiapkan aturan baru, namun belum rampung.

Nikotin tetaplah nikotin, tak peduli dalam bentuk batang rokok atau uap elektrik beraroma permen karet. Efeknya terhadap otak, jantung, paru, dan ketergantungan tidak bisa diabaikan — khususnya pada kelompok usia muda yang menjadi target utama pemasaran industri vape.

Di tengah popularitas rokok elektrik yang terus naik di kalangan remaja, kebijakan publik dan edukasi perlu melangkah lebih cepat daripada strategi industri. Karena ketika uap vape mengepul, bukan hanya aroma stroberi yang menyebar — tapi juga racun yang pelan-pelan mencuri masa depan generasi muda.

📚 Referensi:

  • WHO. (2021). Tobacco Product Regulation.
  • CDC. E-cigarettes and Youth: What Educators and Parents Need to Know.
  • Kementerian Kesehatan RI. (2023). Webinar Bahaya Vape dan Rokok Elektrik.
  • ICTC. (2021). Kajian E-commerce Produk Vape di Indonesia.
  • Johns Hopkins Medicine. (2022). The Truth About Vaping.

Apa itu RUKKI?

Ruang Kebijakan Kesehatan Indonesia (RUKKI) adalah sebuah organisasi yang berdiri pada 7 Juli 2023 Sesuai SK Menteri Hukum dan HAM RI No. AHU-0010571.AH.01.04 tahun 2023 , dengan misi utama mendorong integrasi isu kesehatan dalam seluruh aspek kebijakan publik di Indonesia. Melalui pendekatan advokasi, riset, dan pengembangan kebijakan, RUKKI berkomitmen untuk menciptakan perubahan nyata dalam kesehatan masyarakat, dengan menekankan pentingnya kebijakan yang berbasis bukti, independen, dan berpihak pada kepentingan publik.

Sebagai wadah kolaboratif lintas sektor, RUKKI aktif memperjuangkan pengendalian tembakau, perlindungan anak dari paparan zat adiktif, serta pembentukan regulasi yang mendukung lingkungan hidup yang lebih sehat. Kegiatan advokasi, edukasi, dan penelitian menjadi pilar utama kerja RUKKI dalam memastikan bahwa kesehatan menjadi prioritas dalam proses pengambilan keputusan publik di Indonesia.


🔗 Program Pengendalian Tembakau bisa cek di sini:
👉 https://rukki.org/category/program-advokasi-pengendalian-tembakau/

📊 Laporan Pengendalian Tembakau Setiap Edisi tersedia di:
👉 https://rukki.org/laporan-indeks-gangguan-industri-tembakau/

Leave a comment

Your email address will not be published. Required fields are marked *

one × four =

Chat Kami disini!
1
Scan the code
Halo👋
Apa yang bisa kami bantu?